machan – Dunia pendidikan saat ini menghadapi tantangan berat, terutama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Data Human Development Index (HDI) menunjukkan posisi Indonesia masih di bawah Vietnam, dan secara lebih spesifik, pendidikan masyarakat Madura berada di peringkat terendah dibandingkan 10 suku besar di Tanah Air.
Hal ini disampaikan Dr. K.H. Mohammad Hosnan, M.Pd, Rektor Universitas Annuqayah, dalam Halaqah Pendidikan bertema “Menjadi Pendidik yang Kompeten di Madrasah”. Acara ini digelar merupakan rangkaian dari Haflatul Imtihan ke-51 Madrasah Al-Huda Gapura, Sabtu (14/6/25).
Dalam penyampaiannya Kiai Hosnan juga mengkritik pandangan keliru sebagian pendidik yang menganggap mengajar sekadar transfer ilmu. Padahal, esensi mengajar adalah membimbing perubahan dari hal negatif ke positif.
“Masalahnya, banyak guru yang menganggap mengajar sebagai pekerjaan sampingan. Akibatnya, mereka mengajar sekadarnya, tanpa komitmen kuat,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa profesi guru dan dokter adalah sama, keduanya sama-sama menyembuhkan, bedanya dokter mengobati penyakit fisik, sedangkan guru menyembuhkan “penyakit” psikis dan intelektual.
“Sayangnya, dokter lebih dihargai, padahal peran guru tak kalah vital,” ujarnya disambut tawa peserta.
Terakhir Kiai Hosnan membedakan jenis – jenis alumni di suatu lembaga pendidikan, menurutnya jenis alumni ada dua:
1. Out Put: Hanya membawa ijazah, tanpa kontribusi nyata.
2. Out Come: Berkontribusi bagi lembaga, agama, dan negara.
“Out come tercipta dari guru berkualitas. Karena itu, saat rekrutmen, jangan hanya lihat ijazah, tapi juga kompetensi kepribadian, sosial, serta kemampuan berinovasi dan berkolaborasi”, pesannya.
Acara ini menjadi refleksi bagi para pendidik untuk terus meningkatkan kualitas diri, demi melahirkan generasi unggul yang siap menjawab tantangan zaman.