By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Minggu, Agu 3, 2025
  • Sumenep
  • Sumenep
  • Inspirasi
  • Opini
  • GEN Sumenep
  • GEN Jatim
  • Pamekasan
  • Pemerintah Kabupaten Sumenep
Search
Login
Melihat Dunia dari Madura
Support US
Madura Channel
  • Berita Madura
    • Bangkalan
    • Pamekasan
    • Sampang
    • Sumenep
    • Tapal Kuda
  • Luar Madura
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pendidikan
  • Harta
  • Tahta
  • Wanita
More
  • Cerita Rakyat
  • Gaya Hidup
  • Inspirasi
  • Pekarangan
  • Pendidikan
  • Sejarah
  • Sosbud
  • Wisata
  • Opini
Reading: Meredam Radikalisme Digital Berbalut Isu Perang di Kalangan Anak Anak dan Remaja
Subscribe
Madura Channel
Minggu, Agu 3, 2025
  • Berita Madura
  • Luar Madura
  • Harta
  • Tahta
  • Wisata
  • Gaya Hidup
  • Cerita Rakyat
  • Inspirasi
  • Pekarangan
  • Pendidikan
  • Sejarah
  • Sosbud
  • Wanita
  • Opini
Search
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Privacy Policy
  • Hubungi
  • Pedoman
  • Redaksi
  • Tentang
© 2025 Madurachannel
Opini

Meredam Radikalisme Digital Berbalut Isu Perang di Kalangan Anak Anak dan Remaja

13 Juli 2025 2:46 pm
By
fathorrosy
4 Min Read
Share
4 Min Read
Meredam Radikalisme Digital Berbalut Isu Perang di Kalangan Anak Anak dan Remaja (Ilustrasi)
Gambar hanya Ilustrasi
SHARE

Oleh : Abdul Warits*

machan – Di era digital yang tanpa batas ini, dunia maya telah menjadi ruang baru pembentukan karakter dan cara pandang anak-anak serta remaja.

Sayangnya, ruang ini tidak selalu ramah. Isu-isu global seperti perang, konflik geopolitik, dan kekerasan sering kali dibalut narasi keagamaan, nasionalisme sempit, atau pembelaan terhadap kelompok tertentu.

Di tangan pihak-pihak radikal, isu perang menjadi alat propaganda untuk menyusupi pikiran generasi muda dengan ideologi kebencian dan kekerasan.

Anak-anak dan remaja kini hidup di tengah arus informasi yang deras. Media sosial, video pendek, game online, hingga forum diskusi menjadi ladang luas penyebaran pesan.

Sayangnya, algoritma digital sering kali memperkuat konten yang bersifat sensasional, termasuk yang bernuansa ekstremis. Isu perang di Gaza, Ukraina, atau Timur Tengah bisa dimanipulasi menjadi narasi yang membakar emosi, memicu simpati buta, bahkan menyeret ke dalam tindakan radikal.

Anak-anak yang belum matang secara emosional dan belum memiliki kemampuan literasi digital yang kuat sangat rentan menjadi target.

Dengan pendekatan yang halus—melalui animasi, video inspiratif, atau bahkan meme lucu—pesan-pesan kebencian bisa disusupkan dengan mudah.

Banyak dari proses radikalisasi bermula dari simpati. Narasi tentang penderitaan suatu kelompok atau bangsa dijadikan bahan bakar untuk membangkitkan kemarahan.

Dalam dunia digital, simpati terhadap korban perang bisa berubah menjadi kebencian terhadap kelompok lain yang dianggap sebagai musuh.

Ini bisa berlangsung tanpa disadari, lewat tontonan berulang yang menciptakan bias, dan kemudian membentuk identitas digital anak sebagai bagian dari “pejuang” kebenaran.

Dari sinilah radikalisme mulai berkembang: dari narasi korban, berkembang ke narasi perlawanan, lalu berujung pada ajakan aksi, baik dalam bentuk ujaran kebencian maupun partisipasi nyata. Ironisnya, semua ini bisa terjadi di kamar tidur seorang remaja yang tampak biasa.

Pendidikan literasi digital bukan sekadar mengajarkan cara menggunakan internet, tetapi bagaimana menyaring informasi, mengenali manipulasi emosi, serta memahami bahwa tidak semua narasi mewakili kebenaran tunggal.

Bersamaan dengan itu, penting pula mengajarkan literasi emosional: bagaimana memahami rasa marah, empati, dan ketidakadilan tanpa membalas dengan kebencian.

Orang tua bukan sekadar pengawas konten digital, tapi harus menjadi teman diskusi anak. Ketika anak mulai menunjukkan empati terhadap isu global, penting bagi orang tua untuk menemani proses berpikirnya—bukan menolak, tapi mengarahkan agar empati itu tidak menjadi bara radikalisme.

Pemerintah dan komunitas digital harus lebih aktif dalam menciptakan konten alternatif yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga kuat secara substansi. Kisah-kisah perdamaian, rekonsiliasi, dan aksi kemanusiaan bisa menjadi tandingan yang efektif terhadap konten radikal.

Pencegahan radikalisme digital tidak bisa dilakukan sendiri. Negara harus bekerja sama dengan platform digital untuk menindak penyebaran konten radikal, melibatkan komunitas lokal dalam edukasi, serta memanfaatkan AI untuk mendeteksi pola penyebaran propaganda.

Anak-anak dan remaja bukan sekadar generasi penerus, mereka adalah penentu masa depan yang tengah dibentuk hari ini. Dalam dunia digital yang tak mengenal batas ruang dan waktu, menjaga mereka dari radikalisme bukan tugas satu pihak, melainkan tanggung jawab kolektif.

Kita tidak bisa menghapus isu perang dari dunia ini, tetapi kita bisa mengajarkan bagaimana memahaminya dengan hati yang damai dan pikiran yang jernih. Hanya dengan itu, dunia maya bisa menjadi taman yang menumbuhkan nalar kritis dan kasih sayang—bukan kebencian dan kekerasan.

*Sekretaris Duta Damai Santri Jatim

TAGGED:Anak IndonesiaIsu PerangRadikalisme
Share This Article
Facebook Threads Copy Link
  • Topik Trending:
  • Sumenep
  • Sumenep
  • Inspirasi
  • Opini
  • GEN Sumenep
  • GEN Jatim
  • Pamekasan
  • Pemerintah Kabupaten Sumenep
  • Madura
  • Polres Sumenep

Must Read

64 Tahun Pramuka, Kwarcab Sumenep Gelar Kemah Bakti Pelatih Arya Wiraraja di Pantai Slopeng
2 Agustus 2025
Resmi Menjadi Universitas PGRI Sumenep, Begini Pesan Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jatim
2 Agustus 2025
Jolly Roger, One Piece, dan Simbolisme Perlawanan: Menafsir Fenomena Pengibaran Bendera Mugiwara di Bulan Kemerdekaan
2 Agustus 2025
Dampingi Pelaku Seni dan UMKM, Mahasiswa KKN STKIP Dukung Penguatan Potensi Lokal
2 Agustus 2025
Atasi Masalah Lingkungan, Mahasiswa KKN STKIP Lakukan Inovasi Bak Sampah dari Bambu
2 Agustus 2025

Baca Lainnya

Tata Kelola Desa Tidak Jelas, Aktivis: Kades Gapura Timur Harus Ikut Retret (Ilustrasi)
Opini

Tata Kelola Desa Tidak Jelas, Aktivis: Kades Gapura Timur Harus Ikut Retret

3 Min Read
Mengungkap Tradisi Kematian di Madura: Antara Budaya, Mistisisme, dan Rasa Hormat Terakhir (Ilustrasi)
Opini

Mengungkap Tradisi Kematian di Madura: Antara Budaya, Mistisisme, dan Rasa Hormat Terakhir

6 Min Read
IPNU adalah Ruang Tumbuh (Ilustrasi)
Opini

IPNU adalah Ruang Tumbuh

4 Min Read
Semangat Baru GMNI untuk Masa Depan Indonesia (Ilustrasi)
Opini

Semangat Baru GMNI untuk Masa Depan Indonesia

2 Min Read
Pemerasan Berkedok Agama: Mengurai Keadilan yang Hilang di Gapura Timur (Ilustrasi)
Opini

Pemerasan Berkedok Agama: Mengurai Keadilan yang Hilang di Gapura Timur

7 Min Read
Customer Service via Chatbot: Efektifkah Komunikasi Tanpa Emosi? (Ilustrasi)
Opini

Customer Service via Chatbot: Efektifkah Komunikasi Tanpa Emosi?

3 Min Read
Membangun Kemandirian Sosial, di Tengah Absennya Negara (Ilustrasi)
Opini

Membangun Kemandirian Sosial, di Saat Negara Absen

2 Min Read
Peran dan Eksistensi Perempuan Melalui Keteladanan Kartini (Ilustrasi)
Opini

Peran dan Eksistensi Perempuan Melalui Keteladanan Kartini

3 Min Read
Show More
About Us

Madura Channel adalah platform media digital terpercaya yang mengangkat kekayaan budaya, berita, edukasi dan ‘pintu’ seputar Madura

Support

Dukung independensi jurnalisme —dengan dukungan Anda, suara kebenaran dan kebebasan informasi akan terus membahana, menginspirasi dan memberdayakan masyarakat Madura.

Advertise

Iklankan produk atau jasa Anda di sini dan rasakan perbedaan dalam menjangkau pasar yang autentik dan penuh potensi.

Kirim Tulisan

Kirim Tulisan – Suaramu, Ceritamu, Maduramu. Apakah kamu memiliki cerita, opini, atau informasi menarik seputar budaya, sejarah, dan kehidupan di Madura yang layak untuk disebarkan? Kirim ke Redaksi

Madura Channel
  • Privacy Policy
  • Hubungi
  • Pedoman
  • Redaksi
  • Tentang
Subscribe Newsletter
  • Daily Stories
  • Stock Arlets
  • Full Acess
Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?

Not a member? Sign Up