Oleh: Tohari*
machan – Di tengah pesatnya perkembangan era digital, pelajar saat ini menghadapi tantangan multidimensi. Mereka tidak hanya dituntut untuk berprestasi akademik, tapi juga harus mampu mengelola kesehatan mental, berinteraksi secara positif di dunia maya, serta menemukan identitas diri di tengah arus informasi yang tak terbendung. Dalam situasi ini, organisasi Pelajar yang adaptif, inklusif, dan berbasis nilai menjadi semakin penting. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) hadir sebagai salah satu wadah strategis untuk membantu pelajar menghadapi tantangan tersebut.
Sebagai organisasi pelajar di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU), IPNU tidak hanya berfungsi sebagai struktur formal, melainkan juga sebagai ruang pengembangan diri yang holistik. Sejak didirikan, IPNU memiliki misi membentuk pelajar yang cerdas, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi masyarakat. Misi ini diwujudkan melalui berbagai program, seperti pelatihan kepemimpinan, diskusi keilmuan, pengembangan keterampilan, hingga kegiatan sosial. Berdasarkan rilis resmi PP IPNU, lebih dari 2.000 kegiatan kaderisasi dan advokasi pelajar telah dilaksanakan di berbagai cabang dan anak cabang sepanjang tahun 2024.
Kemudian kita tarik ke ranah yang lebih sempit, secara spesifik IPNU di Kabupaten Sumenep, telah menjangkau lebih dari 50 lembaga pendidikan, termasuk pesantren dan madrasah. Hal ini menunjukkan potensi besar IPNU dalam membangun ekosistem pelajar yang tangguh. Namun, tantangan zaman terus berkembang, dan IPNU harus terus berinovasi agar tetap relevan. Adaptasi diperlukan bukan hanya untuk menjaga eksistensi, tetapi juga untuk memastikan manfaat organisasi benar-benar dirasakan oleh anggotanya.
Untuk memperkuat perannya, IPNU perlu meningkatkan kualitas kaderisasi dengan pendekatan yang lebih partisipatif dan kontekstual. Program seperti pelatihan literasi digital, mentoring akademik, forum diskusi, dan konseling teman sebaya dapat menjadi solusi atas kebutuhan pelajar saat ini. Selain itu, pendekatan yang lebih personal dan dialogis akan membuat pelajar merasa nyaman dan terlibat aktif.
Pemanfaatan media sosial juga perlu dioptimalkan, tidak sekadar sebagai sarana publikasi, tetapi juga sebagai medium edukasi. Konten-konten inspiratif, tips belajar, kajian keislaman, dan kisah sukses kader IPNU dapat menjadi sarana efektif untuk menjangkau lebih banyak pelajar. Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Umum PP IPNU (2022-2025), Muhammad Agil Nuruz Zaman
“IPNU hari ini harus mampu hadir di dua dunia sekaligus, dunia nyata dan dunia digital. Pelajar butuh ruang aktualisasi yang sehat dan produktif, dan IPNU harus menjadi fasilitator utama untuk itu.” (jatim.nu.or.id)
Melihat lahan basah di Kabupaten Sumenep yang begitu potensial, didukung dengan banyaknya pesantren, madrasah, dan komunitas pelajar yang dapat diajak berkolaborasi. Tidak perlu menunggu sumber daya besar untuk memulai perubahan. Kegiatan sederhana seperti diskusi kelompok, kajian rutin, atau pelatihan keterampilan dapat menjadi langkah awal yang berdampak. Yang terpenting adalah konsistensi dan semangat untuk terus berkembang.
Membangun IPNU yang lebih adaptif dan dekat dengan pelajar bukanlah tanggung jawab individu, melainkan upaya kolektif. Kolaborasi antar struktur dan antar generasi akan memperkuat keberlanjutan organisasi. Tidak perlu menunggu kesempurnaan, yang diperlukan adalah komitmen untuk terus bergerak dan berbenah.
Pada hakikatnya, IPNU lebih dari sekadar organisasi ia adalah ruang tumbuh kembang pelajar, tempat pembentukan karakter, dan wadah persiapan masa depan. Bukan seperti tanaman hias, yang hanya indah dipandang namun pertumbuhannya dibatasi. Dengan semangat kebersamaan dan inovasi yang terus diperbarui, IPNU akan tetap relevan dan memberikan manfaat nyata bagi pelajar di era digital ini.
*Aktivis IPNU Rubaru, Mahasiwa Aktif STIT Aqidah Usymuni Sumenep