By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Jumat, Sep 26, 2025
  • Sumenep
  • Sumenep
  • Pamekasan
  • Inspirasi
  • Opini
  • Pemerintah Kabupaten Sumenep
  • Kwarcab Sumenep
  • Polres Sumenep
Search
Login
Melihat Dunia dari Madura
Support US
Madura Channel
  • Berita Madura
    • Bangkalan
    • Pamekasan
    • Sampang
    • Sumenep
    • Tapal Kuda
  • Luar Madura
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pendidikan
  • Harta
  • Tahta
  • Wanita
More
  • Cerita Rakyat
  • Gaya Hidup
  • Inspirasi
  • Pekarangan
  • Pendidikan
  • Sejarah
  • Sosbud
  • Wisata
  • Opini
Reading: Ekonomi Pekarangan Desa: Pabrik, Bank, dan Pasar Sekaligus
Subscribe
Madura Channel
Jumat, Sep 26, 2025
  • Berita Madura
  • Luar Madura
  • Harta
  • Tahta
  • Wisata
  • Gaya Hidup
  • Cerita Rakyat
  • Inspirasi
  • Pekarangan
  • Pendidikan
  • Sejarah
  • Sosbud
  • Wanita
  • Opini
Search
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Privacy Policy
  • Hubungi
  • Pedoman
  • Redaksi
  • Tentang
© 2025 Madurachannel
Opini

Ekonomi Pekarangan Desa: Pabrik, Bank, dan Pasar Sekaligus

14 Agustus 2025 9:41 am
By
fathorrosy
5 Min Read
Share
5 Min Read
Ekonomi Pekarangan Desa: Pabrik, Bank, dan Pasar Sekaligus (Ilustrasi)
Moh. Luthfi sedang membersamai pedagang cendol keliling, bukti keberpihakannya kepada ekonomi di akar rumput
SHARE

Oleh: Moh. Luthfi, S.E*

machan – Hidup di desa bukan berarti terjebak dalam kubangan kemiskinan atau berada satu
tingkat di bawah peradaban kota. Label desa sebagai kawasan primitif hanyalah mitos yang dipelihara oleh pandangan sempit perkotaan. Faktanya, hampir setiap rumah tangga di desa memiliki aset paling strategis yang sering diremehkan, yaitu tanah pekarangan. Lahan kecil ini bukan sekadar halaman kosong, melainkan “bank hidup” yang bisa menyimpan bibit, tanaman, ternak, dan pupuk sebagai modal nyata yang nilainya terus tumbuh.

Di tengah krisis pangan, inflasi melambung, dan ketergantungan mematikan pada pasokan dari luar, gerakan ekonomi pekarangan adalah bentuk perlawanan paling nyata. Ini bukan pertanian industri yang rakus modal dan tenaga kerja, tetapi sistem ekonomi alternatif yang lahir dari tanah rumah sendiri. Pekarangan bukan ruang statis; ia adalah ladang kedaulatan ekonomi rakyat. Bayangkan, di halaman rumah, orang menanam sayur, memelihara ayam atau kambing, mengolah hasil panen di dapur, dan mengubahnya menjadi produk siap jual sebuah pabrik mini tanpa polusi, tanpa utang, dan ramah lingkungan.

Dengan ekonomi pekarangan, desa tidak perlu tunduk pada permainan harga pasar, guncangan inflasi, atau monopoli distribusi. Mereka punya dapur sendiri, kebun sendiri, ternak sendiri, dan pasar kecil antar-tetangga. Mereka tidak sekadar kebal inflasi mereka menciptakan sistem ekonomi yang tak bisa disentuh kapital besar. Jika dikelola dengan kesadaran kolektif, pekarangan desa bisa menjadi senjata perlawanan terhadap inflasi, kelangkaan pangan, dan monopoli pasar. Ironisnya, banyak desa hari ini justru membeli pangan dari luar, padahal halaman rumah mereka adalah ladang
kemerdekaan ekonomi yang selama ini diabaikan.

Seharusnya ketahanan pangan diawali dari manjemen pekarangan di Desa yang bisa dijadikan sumber pangan rumah tangga dalam skala kecil. Untuk kebutuhan dapur seperti cabe, sayuran, dan rempah-rempah bisa diambil di pekarangan. Tidak perlu terus buang uang ke pasar cukup pekaranganmu yang jadi pasar. Hasil dari bahan baku dipekarangan bisa diolah di rumah, bahkan munkin bisa dijadikan sumber penghasilan untuk dijual. Ini menjadikan rumahmu adalah pabrik yang menghasilkan produk kebutuhan hidup yang siap dijual seperti produksi gula aren. Di sisi lain kehidupan desa di pekarangan selalu ada kandang yang biasa buat piara ayam, kambing, sampai sapi. Hal ini menunjukan bahwa pekaranganmu adalah bank yang dapat menyimpan uang untuk beutuhan-kebutuhan tertentu.

Ketahanan pangan di negeri ini terlalu sering dijadikan proyek mercusuar, megah di atas kertas, menguras anggaran, tetapi tidak menyentuh akar masalah. Ketahanan pangan tidak seharusnya dimulai dari program nasional yang rumit atau proyek pertanian raksasa, tetapi dari hal paling sederhana, yaitu “manajemen pekarangan desa”. Lahan kecil di sekitar rumah bisa menjadi sumber pangan rumah tangga dalam skala kecil namun berdampak besar.

Untuk kebutuhan harian cabe, sayur, dan rempah-rempah tak perlu lagi menguras dompet di pasar, cukup memetiknya dari halaman sendiri. Kalau mau jujur, berapa banyak warga desa yang setiap hari masih beli cabe di pasar sambil mengeluh harga naik? Padahal solusinya ada lima langkah dari pintu rumah. Pekarangan adalah pasar murah, tanpa spekulasi harga, tanpa mafia distribusi. Ini membuktikan bahwa pekaranganmu adalah pasar murah tetapi efektif.

Lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan, bahan baku dari pekarangan dapat diolah di rumah menjadi produk siap saji, seperti gula aren diproduksi tanpa harus menyewa lahan, pisang di pekarangan berubah keripik pisang, atau cabe di halaman diolah menjadi sambal kemasan. Dengan begitu, rumah bukan lagi sekadar tempat tinggal, tetapi pabrik kecil yang memproduksi kebutuhan hidup tanpa polusi, tanpa utang, dan tanpa ketergantungan pada tengkulak.

Tradisi desa yang memelihara ayam, kambing, bahkan sapi di pekarangan adalah bentuk tabungan hidup. Hewan ternak ini bisa menjadi “uang tunai” dan lebih likuid karena kapan saja bisa dicairkan saat dibutuhkan tidak ada potongan administrasi, tidak ada bunga, tidak ada nilai yang tergerus inflasi. Jauh lebih aman daripada menaruh uang di bank yang nilainya tergerus inflasi. Tapi anehnya, banyak desa lebih percaya bank dan pasar kota daripada tanah sendiri.

*Penggerak Ekonomi Kerakyatan, dan Kepala MA Al-Huda Gapura Timur Sumenep

TAGGED:Ekonomi DesaInflasiKetahanan Pangan
Share This Article
Facebook Threads Copy Link
  • Topik Trending:
  • Sumenep
  • Sumenep
  • Pamekasan
  • Inspirasi
  • Opini
  • Pemerintah Kabupaten Sumenep
  • Kwarcab Sumenep
  • Polres Sumenep
  • GEN Jatim
  • GEN Sumenep

Must Read

“Gerakan Keluarga Maslahat” Respon Penyuluh KUA Batuputih Atasi Tingginya Angka Perceraian
26 September 2025
Gempa Magnitudo 5,7 Guncang Banyuwangi, BMKG: Dipicu Sesar Aktif Dangkal dan Tidak Berpotensi Tsunami
25 September 2025
Peserta Lomba Tarik Tambang di Dasuk Tewas Diduga Akibat Kelelahan, Keluarga Tolak Autopsi
24 September 2025
Presiden Prabowo di Sidang Umum PBB: Seruan Damai, Kemanusiaan, dan Solusi Nyata untuk Dunia
24 September 2025
Penutupan PBAK INKADHA2025, Rektor: Mahasiswa Baru Harus Aktif Mengembangkan Potensi
24 September 2025

Baca Lainnya

Mengungkap Tradisi Kematian di Madura: Antara Budaya, Mistisisme, dan Rasa Hormat Terakhir (Ilustrasi)
Opini

Mengungkap Tradisi Kematian di Madura: Antara Budaya, Mistisisme, dan Rasa Hormat Terakhir

6 Min Read
IPNU adalah Ruang Tumbuh (Ilustrasi)
Opini

IPNU adalah Ruang Tumbuh

4 Min Read
Peran dan Eksistensi Perempuan Melalui Keteladanan Kartini (Ilustrasi)
Opini

Peran dan Eksistensi Perempuan Melalui Keteladanan Kartini

3 Min Read
Negara Melindas Rakyat: Brimob Pembunuh di Jalanan Demokrasi (Ilustrasi)
Opini

Negara Melindas Rakyat: Brimob Pembunuh di Jalanan Demokrasi

2 Min Read
Reformasi Menyeluruh Dunia Kesehatan, Skandal Narkoba di RSUD Abuya Jangan Sampai Terulang (Ilustrasi)
Opini

Reformasi Menyeluruh Dunia Kesehatan, Skandal Narkoba di RSUD Abuya Jangan Sampai Terulang

3 Min Read
Semangat Baru GMNI untuk Masa Depan Indonesia (Ilustrasi)
Opini

Semangat Baru GMNI untuk Masa Depan Indonesia

2 Min Read
Hari Kartini, Khofifah: Refleksi atas Keberanian dan Perjuangan yang Tak Pernah Usai (Ilustrasi)
Opini

Hari Kartini, Khofifah: Refleksi atas Keberanian dan Perjuangan yang Tak Pernah Usai

2 Min Read
Pemerasan Berkedok Agama: Mengurai Keadilan yang Hilang di Gapura Timur (Ilustrasi)
Opini

Pemerasan Berkedok Agama: Mengurai Keadilan yang Hilang di Gapura Timur

7 Min Read
Show More
About Us

Madura Channel adalah platform media digital terpercaya yang mengangkat kekayaan budaya, berita, edukasi dan ‘pintu’ seputar Madura

Support

Dukung independensi jurnalisme —dengan dukungan Anda, suara kebenaran dan kebebasan informasi akan terus membahana, menginspirasi dan memberdayakan masyarakat Madura.

Advertise

Iklankan produk atau jasa Anda di sini dan rasakan perbedaan dalam menjangkau pasar yang autentik dan penuh potensi.

Kirim Tulisan

Kirim Tulisan – Suaramu, Ceritamu, Maduramu. Apakah kamu memiliki cerita, opini, atau informasi menarik seputar budaya, sejarah, dan kehidupan di Madura yang layak untuk disebarkan? Kirim ke Redaksi

Madura Channel
  • Privacy Policy
  • Hubungi
  • Pedoman
  • Redaksi
  • Tentang
Subscribe Newsletter
  • Daily Stories
  • Stock Arlets
  • Full Acess
Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?

Not a member? Sign Up