machan – Tradisi Arebba merupakan salah satu budaya turun-temurun yang masih lestari di kalangan masyarakat Madura, terutama di pedesaan. Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari Kamis petang menjelang malam Jumat, waktu yang diyakini sakral dan penuh berkah dalam kepercayaan masyarakat setempat. Arebba menjadi wujud nyata rasa hormat dan kasih sayang terhadap leluhur yang telah wafat, sekaligus bentuk sedekah atas nama mereka. Dengan tujuan untuk mendoakan dan menyedekahi orang yang telah meninggal. Arebba bukan sekadar ritual, melainkan juga bentuk penghormatan dan bakti kepada leluhur serta upaya mempererat tali silaturahmi antaranggota keluarga. Tradisi ini juga menjadi momen refleksi spiritual, di mana keluarga yang ditinggalkan diingatkan kembali akan pentingnya amal jariyah dan hubungan antar-generasi. Tidak hanya itu, Arebba juga mempererat tali silaturahmi antar warga, karena biasanya tradisi ini dilakukan secara kolektif atau melibatkan tetangga sekitar.
Arebba berasal dari kata “Rebba” (bahasa Madura) yang berarti “memberi” atau “memberikan”. Secara harfiah, Arebba bisa diartikan sebagai pemberian sedekah yang ditujukan untuk orang yang sudah meninggal. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan mengirimkan doa dan makanan kepada sanak keluarga, tetangga, atau fakir miskin sebagai bentuk sedekah.
Sebelum Tradisi Arebba dilakukan masyarakat biasanya menyiapkan berbagai jenis makanan, seperti nasi, lauk-pauk khas Madura, kue tradisional, dan terkadang disertai air atau bunga. Makanan-makanan tersebut kemudian didoakan dan dibagikan kepada tetangga, anak-anak, atau musafir yang membutuhkan. Selain menggelar makan bersama, keluarga juga mengadakan pembacaan doa bersama seperti Surah Yasin, Tahlil, dan doa-doa khusus lainnya. Pembacaan doa ini dipimpin oleh tokoh agama atau sesepuh desa. Sedangkan sebagian masyarakat Madura yang lain terkadang langsung membagikannya ke tetangga, yang biasanya diantar oleh para kaum perempuan, sedangkan yang laki-laki pergi berziarah ke makam orang tua dan kerabat dekat. Suasana Arebba umumnya berlangsung khidmat namun hangat, mencerminkan keseimbangan antara spiritualitas dan nilai sosial.
Akar budaya dan religiusitas dari tradisi Arebba tentu tidak lepas dari pengaruh budaya Islam yang menyatu dengan kearifan lokal Madura. Malam Jumat dalam Islam dikenal sebagai malam yang penuh rahmat dan menjadi waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan doa. Oleh karena itu, masyarakat Madura menjadikan Kamis petang sebagai waktu terbaik untuk melaksanakan Arebba. Tradisi ini juga merupakan bagian dari nilai gotong royong dan kepedulian sosial yang tinggi di Madura. Meskipun zaman terus berubah, Arebba tetap dipertahankan karena diyakini memiliki kekuatan spiritual dan sosial yang besar.
Eksistensi Tradisi Arebba merupakan cerminan dari kesetiaan masyarakat Madura terhadap nilai-nilai agama, budaya, dan kemanusiaan. Melalui tradisi ini, tidak hanya hubungan dengan yang telah tiada tetap terjaga, tetapi juga terjalin keharmonisan di antara yang masih hidup. Di tengah modernisasi, tradisi semacam ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan leluhur dan menjadikan budaya sebagai sarana memperkuat iman serta kebersamaan.