machan – Listiyani, lahir pada 27 November 2004 di Desa Sogian, Kecamatan Ambunten Timur, adalah sosok kartini muda yang penuh semangat dalam mengabdi. Saat ini, ia menjabat sebagai Pengurus Umum di Pondok Pesantren (PP) Mathali’ul Anwar Putri, Pangarangan Sumenep. Menempuh pendidikan di STKIP PGRI Sumenep sejak 2022, dan mengambil prodi PBSI.
Yani sapaan akrabnya, saat ini dipercaya untuk memimpin IPPNU STKIP PGRI Sumenep. Meski hidup dalam kesibukan sebagai santri dan mahasiswi, dirinya berkomitmen serta mengusung visi besar yakni “Mewujudkan kader IPPNU yang berakhlak mulia, berilmu, berdaya, dan bermartabat, serta aktif berkontribusi dalam pembangunan bangsa.”
Antara Tanggung Jawab di Pesantren dan Keinginan Aktif Berorganisasi
Meski nyaman menjalani kehidupan mondok sambil kuliah, Yani menghadapi dilema. Sebagai pengurus pesantren, ia memiliki tanggung jawab mengajar di Madrasah Diniyah dan mengontrol santriwati. Hal ini membuatnya kerap dibatasi ketika ingin aktif di organisasi kampus.
“Saya sangat ingin aktif di organisasi, tetapi pengasuh pesantren tidak melarang secara langsung hanya membatasi karena saya masih punya kewajiban di pondok,” ujarnya.
Suatu ketika, ia pernah tidak diizinkan mengikuti pengesahan anggota sebuah organisasi kampus. Sang pengasuh berpesan, “Tidak usah ikut yang lain, ikut IPPNU saja, mengabdilah di IPPNU.” dawuh Pengasuh dengan kuat merestui.
Adapun di organisasi intra kampus, ia memilih bergabung dengan UKM Karomah, yang fokus pada pengembangan spiritual keagamaan.
Perjuangan Meraih Restu Ibu dan Semangat Pantang Menyerah
Perjalanan pendidikannya tidak selalu mulus. Awalnya, ia tidak mendapat dukungan dari sang ibu untuk melanjutkan kuliah. “Putus asa? Iya, karena restu ibu sangat penting,” ucapnya. Namun, dorongan dari ayah dan tekadnya yang kuat membuatnya terus berusaha meyakinkan sang ibu bahwa ia bisa sukses dan membahagiakan keluarga.
Visi dan Misi Listiyani sebagai Ketua IPPNU STKIP PGRI Sumenep:
1. Menjalin sinergi dengan program PKPT IPNU STKIP PGRI Sumenep.
2. Mengembangkan potensi kader melalui pendidikan dan pelatihan kepemimpinan.
3. Meningkatkan partisipasi sosial kader IPPNU dalam pembangunan masyarakat.
Meski harus membagi waktu antara pesantren, kuliah, dan organisasi, Yani tetap bersemangat. Baginya, perjuangan ini adalah bagian dari proses menjadi pribadi yang lebih tangguh dan bermanfaat bagi sekitar.
“Saya percaya, dengan tekad dan doa, semua tantangan bisa dilalui. Saya ingin membuktikan bahwa perempuan pesantren juga bisa berprestasi di dunia akademik dan organisasi,” tegasnya.
Kisah Yani menjadi inspirasi bagi banyak santri dan mahasiswa yang ingin tetap produktif meski dihadapkan pada berbagai keterbatasan. Ia membuktikan bahwa komitmen, kerja keras, dan doa bisa mengantarkan seseorang meraih mimpi, meski harus berjalan perlahan.