By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Minggu, Jun 8, 2025
  • Sumenep
  • Sumenep
  • Inspirasi
  • Kejari Sumenep
  • Nasional
  • Pemerintah Kabupaten Sumenep
  • Berita Madura
  • GEN Jatim
Search
Login
Melihat Dunia dari Madura
Support US
Madura Channel
  • Berita Madura
    • Bangkalan
    • Pamekasan
    • Sampang
    • Sumenep
    • Tapal Kuda
  • Luar Madura
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pendidikan
  • Harta
  • Tahta
  • Wanita
More
  • Cerita Rakyat
  • Gaya Hidup
  • Inspirasi
  • Pekarangan
  • Pendidikan
  • Sejarah
  • Sosbud
  • Wisata
  • Opini
Reading: Carok Telah Kehilangan Celuritnya
Subscribe
Madura Channel
Minggu, Jun 8, 2025
  • Berita Madura
  • Luar Madura
  • Harta
  • Tahta
  • Wisata
  • Gaya Hidup
  • Cerita Rakyat
  • Inspirasi
  • Pekarangan
  • Pendidikan
  • Sejarah
  • Sosbud
  • Wanita
  • Opini
Search
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Privacy Policy
  • Hubungi
  • Pedoman
  • Redaksi
  • Tentang
© 2025 Madurachannel
Sosbud

Carok Telah Kehilangan Celuritnya

24 Mei 2025 8:30 am
By
fathorrosy
5 Min Read
Share
5 Min Read
Carok Telah Kehilangan Celuritnya (Ilustrasi)
Gambar hanya Ilustrasi
SHARE

machan – Bagi masyarakat Madura, carok merupakan sebuah kata yang sarat makna. Ia tidak hanya merujuk pada aksi fisik atau kekerasan, tetapi lebih dari itu, carok adalah manifestasi dari kehormatan, harga diri, dan bentuk maskulinitas yang dilembagakan secara budaya. Dalam sejarah panjang masyarakat Madura, carok merupakan pilihan terakhir yang diambil oleh seseorang ketika merasa harga dirinya diinjak, terutama dalam konteks yang menyangkut keluarga. Namun seiring waktu, makna sakral dan bernilai luhur dari carok mengalami pergeseran yang mengkhawatirkan.

Carok dalam Konteks Budaya Tradisional

Kuntowijoyo, dalam bukunya Paradigma Islam, menyebut carok sebagai “puncak dari siklus pertahanan harga diri seorang lelaki Madura.” Ia menjelaskan bahwa carok tidak serta-merta dilakukan tanpa alasan, ada kode etik dan norma tersendiri yang menjadi batasan. Seseorang tidak akan carok hanya karena tersinggung kecil, melainkan karena pelanggaran serius terhadap kehormatan diri atau keluarga.

Mulanya, carok dalam perspektif orang Madura bukan sekadar adu kejantanan, melainkan “peristiwa budaya yang memiliki landasan spiritual,” karena bagi masyarakat Madura, membiarkan harga diri diinjak sama saja dengan mati. Carok dilakukan secara terbuka, biasanya satu lawan satu, dan dilakukan di hadapan saksi. Bahkan, ada waktu-waktu tertentu yang dianggap ‘baik’ untuk melakukan carok, dan para pelaku sebelumnya akan melakukan tirakat atau puasa.

Celurit, senjata khas Madura yang melengkung itu, tidak hanya alat, tetapi simbol. Ia menjadi representasi dari keberanian, ketegasan, dan tekad. Celurit bukan hanya benda tajam, melainkan lambang yang harus digunakan dengan tanggung jawab. Namun, bagaimana jadinya jika celurit itu digunakan tanpa makna? Atau lebih buruk, kehilangan makna itu sepenuhnya?

Pergeseran Makna, dari Kehormatan Menuju Kekerasan Tak Bermakna

Kini, istilah carok mulai dipakai secara serampangan. Tawuran antar kelompok remaja, aksi balas dendam antarkampung, bahkan penyerangan dari belakang yang dilakukan secara licik pun disebut sebagai carok. Tidak ada lagi etika duel, tidak ada lagi kesatria, yang tersisa hanya kekerasan demi kekerasan yang dibungkus dengan label warisan budaya. Carok telah berubah dari simbol kehormatan menjadi alat pembenar tindakan brutal.

Pergeseran ini tampak dalam berbagai berita kriminal yang marak di media lokal. Seorang remaja yang dikeroyok oleh lima orang di jalanan diklaim sebagai korban carok. Dalam kasus lain, seseorang yang ditusuk saat sedang tidur pun diberitakan “dicari carok-nya.” Apakah tindakan seperti ini pantas disebut carok? Bukankah carok dulu dilakukan dengan prinsip jantan, bahkan disertai ajakan atau tantangan secara terbuka?

Kondisi ini mengindikasikan adanya krisis identitas budaya. Generasi muda yang jauh dari akar tradisi cenderung menyerap makna permukaan tanpa memahami esensi. Ditambah lagi dengan pengaruh media sosial yang mengagungkan kekerasan sebagai bentuk popularitas, distorsi terhadap makna carok semakin tidak terbendung.

Masyarakat Madura yang Kehilangan Kompas Budayanya

Budayawan Madura, Achmad Zaini, dalam artikelnya di Jurnal Kebudayaan Lokal, menyebut bahwa saat ini Madura sedang mengalami “kekosongan simbolik.” Menurutnya, ketika masyarakat tidak lagi memahami atau menghidupi nilai-nilai budaya dengan utuh, maka simbol-simbol budaya akan dipakai tanpa isi, seperti cangkang kosong. Carok yang dulu sakral kini hanya jadi nama untuk sesuatu yang buas.

Ini juga menjadi tantangan besar bagi para pemangku kebijakan, tokoh agama, dan budayawan untuk merekonstruksi ulang makna carok di tengah masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa kekerasan atas nama harga diri memang masih memiliki tempat di benak sebagian masyarakat. Namun cara mengartikulasikan harga diri itu harus berubah.

Rekonstruksi Makna Carok, Menemukan Celurit yang Baru

Barangkali sudah saatnya masyarakat Madura menyadari bahwa mempertahankan kehormatan tidak harus selalu dalam bentuk kekerasan. Kejantanan bisa ditunjukkan dengan cara menjaga diri, menyelesaikan konflik melalui musyawarah, atau menempuh jalur hukum dengan adil. Dalam konteks modern, carok bisa dimaknai sebagai keberanian melawan ketidakadilan dengan akal sehat dan moral, bukan dengan celurit yang diasah.

Menyitir pernyataan Emha Ainun Nadjib, “Jika budaya adalah tubuh, maka nilai adalah jiwanya.” Carok sebagai budaya tidak akan berarti apa-apa jika kehilangan nilai. Maka, celurit yang hilang dari carok bukan semata senjata fisik, tapi kehilangan nilai-nilai kesatria, etika, dan kebijaksanaan yang dulu menyertainya.

Carok telah kehilangan celuritnya. Bukan dalam arti senjata itu tak lagi digunakan, melainkan makna yang menyertainya telah pudar. Yang tersisa kini hanyalah bayangan kekerasan yang menyaru sebagai warisan budaya. Masyarakat Madura perlu merebut kembali makna carok, bukan untuk mempertahankan kekerasan, melainkan untuk menghidupkan kembali kehormatan sejati.

Karena sejatinya, menjaga harga diri tidak harus dengan melukai. Kadang, keberanian yang paling besar adalah menahan diri. Dan mungkin, celurit yang sebenarnya hari ini adalah akal sehat yang tajam dan hati yang tidak tumpul.

TAGGED:CarokCeluritMaduraPergeseran makna carok
Share This Article
Facebook Threads Copy Link
  • Topik Trending:
  • Sumenep
  • Sumenep
  • Inspirasi
  • Kejari Sumenep
  • Nasional
  • Pemerintah Kabupaten Sumenep
  • Berita Madura
  • GEN Jatim
  • GEN Sumenep
  • Madura

Must Read

Unik, Sekelompok Pemuda di Aengmerah Terbangkan Balon Udara Hasil dari Jualan Bekicot
8 Juni 2025
Tradisi Ter-ater Masyarakat Madura Menjelang Hari Raya
5 Juni 2025
Pemuda Batuputih Kangayan Geruduk Pemkab Sumenep, Tuntut Tanda Tangan Pakta Integritas dari Bupati 
5 Juni 2025
Berikut Khutbah Idul Adha Berbahasa Madura
5 Juni 2025
IPNU adalah Ruang Tumbuh
5 Juni 2025

Baca Lainnya

Kompolan: Cerminan Kecil Hidupnya Nilai-Nilai Pancasila di Madura (Ilustrasi)
Sosbud

Kompolan: Cerminan Kecil Hidupnya Nilai-Nilai Pancasila di Madura

5 Min Read
Tragis! Pengantar Pengantin Tertimbun Longsor Usai Hajatan di Bangkalan, 4 Orang Luka-Luka (Ilustrasi)
Bangkalan

Tragis! Pengantar Pengantin Tertimbun Longsor Usai Hajatan di Bangkalan, 4 Orang Luka-Luka

2 Min Read
Budaya Sarung dalam Kehidupan Orang Madura (Ilustrasi)
Sosbud

Budaya Sarung dalam Kehidupan Orang Madura

4 Min Read
Nahas, Maling Motor di Sampang Madura ditangkap Warga dan Motornya dibakar (Ilustrasi)
Sampang

Nahas, Maling Motor di Sampang Madura ditangkap Warga dan Motornya dibakar

2 Min Read
Ibu Hamil di Sampang Diduga Tenggelam, Saat Menunggu Suaminya Mencari Kepiting (Ilustrasi)
Sampang

Ibu Hamil di Sampang Diduga Tenggelam, Saat Menunggu Suaminya Mencari Kepiting

1 Min Read
Selain Andal di Pacuan, Sapi Madura Juga Menjadi Primadona Hewan Kurban  (Ilustrasi)
Sosbud

Selain Andal di Pacuan, Sapi Madura Juga Menjadi Primadona Hewan Kurban 

4 Min Read
Guru Disabilitas di Madura Raih Penghargaan Nasional, Keterbatasan Bukan Penghalang (Ilustrasi)
Inspirasi

Guru Disabilitas di Madura Raih Penghargaan Nasional, Keterbatasan Bukan Penghalang

2 Min Read
Tradisi Arebba dalam Masyarakat Madura, Menjaga Hubungan Harmonis antara yang Hidup dengan yang Mati (Ilustrasi)
Sosbud

Tradisi Arebba dalam Masyarakat Madura, Menjaga Hubungan Harmonis antara yang Hidup dengan yang Mati

3 Min Read
Show More
About Us

Madura Channel adalah platform media digital terpercaya yang mengangkat kekayaan budaya, berita, edukasi dan ‘pintu’ seputar Madura

Support

Dukung independensi jurnalisme —dengan dukungan Anda, suara kebenaran dan kebebasan informasi akan terus membahana, menginspirasi dan memberdayakan masyarakat Madura.

Advertise

Iklankan produk atau jasa Anda di sini dan rasakan perbedaan dalam menjangkau pasar yang autentik dan penuh potensi.

Kirim Tulisan

Kirim Tulisan – Suaramu, Ceritamu, Maduramu. Apakah kamu memiliki cerita, opini, atau informasi menarik seputar budaya, sejarah, dan kehidupan di Madura yang layak untuk disebarkan? Kirim ke Redaksi

Madura Channel
  • Privacy Policy
  • Hubungi
  • Pedoman
  • Redaksi
  • Tentang
Subscribe Newsletter
  • Daily Stories
  • Stock Arlets
  • Full Acess
Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?

Not a member? Sign Up