Oleh: A. Warits, S.Sos*
machan – Dalam momentum Haflatul Imtihan (HIMA) ke-51 Tahun Madrasah Al-Huda Gapura Timur, Sumenep, dan Haul Muassis yang dilaksanakan hampir dua pekan. Ketua Yayasan Miftahul Huda, A. Warits, S.Sos. Dalam sambutannya ia mengulas tentang urgensi mendidik anak di era digital (Revolusi Industri 4.0 menuju 5.0) Berikut Beberapa hal yang disampaikan:
Kita berkumpul hari ini bukan sekadar karena memiliki anak yang bersekolah di madrasah ini, tetapi karena menyadari bahwa mendidik generasi saat ini membutuhkan pendekatan yang luar biasa. Tantangan yang dihadapi orang tua dan pendidik kini jauh lebih kompleks dibanding masa lalu
Anak-anak kita tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi. Lewat gawai di tangan, mereka bisa mengakses dunia, baik konten positif maupun negatif tanpa batas. Dulu, kekhawatiran orang tua adalah ketika anak bermain terlalu jauh dari rumah. Kini, ancaman bisa datang bahkan saat mereka duduk di ruang keluarga.
Fakta yang terjadi hari ini sungguh memprihatinkan:
– Anak-anak lebih familiar dengan nama selebgram daripada tokoh teladan dalam agama.
– Mereka lebih hafal lirik lagu viral dibandingkan ayat Al-Qur’an.
– Mereka lancar berinteraksi dengan orang asing di dunia maya, tetapi semakin sulit berkomunikasi dengan orang tua sendiri.
Ini bukan semata kesalahan mereka, melainkan dampak dari perubahan zaman. Namun, hal ini harus menjadi peringatan bagi kita bahwa pendidikan akhlak dan adab tidak bisa ditunda lagi.
Kecerdasan Tanpa Akhlak Adalah Kekosongan
Kecerdasan akademis saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan akhlak mulia. Anak yang pandai tetapi tidak beradab justru berpotensi menyakiti orang lain. Sebaliknya, anak yang berakhlak, meski ilmunya sederhana, akan selalu membawa kemanfaatan dalam setiap langkahnya.
Karena itu, jangan hanya berbangga jika anak meraih ranking pertama di sekolah. Tanyakan juga:
– Apakah ia masih menghormati orang tua dan guru?
– Apakah ia memiliki empati terhadap sesama?
– Apakah adab dan sopan santunnya tetap terjaga?
Peran Keluarga di Era Digital
Orang tua harus hadir tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional dan spiritual. Beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan:
1. Batasi penggunaan gawai – Tetapkan waktu bebas layar dan prioritaskan interaksi nyata.
2. Dampingi aktivitas digital anak – Ketahui apa yang mereka tonton, baca, dan ikuti di internet.
3. Perkuat komunikasi keluarga – Jadikan rumah sebagai tempat berbagi, bukan hanya sekadar tempat tinggal.
4. Hidupkan tradisi keluarga – Makan bersama, salat berjamaah, dan ngobrol tanpa gangguan gadget.
5. Ajak anak terlibat dalam aktivitas nyata – Seperti membaca buku, berkebun, atau bersosialisasi langsung.
Jangan sampai anak lebih nyaman dengan dunia maya daripada dengan keluarganya sendiri.
Alumni sebagai Pilar Perubahan
Bagi para alumni madrasah, kehadiran Anda di tengah masyarakat adalah cerminan nilai-nilai yang pernah ditanamkan di sini. Sebagai alumni, Anda bukan hanya sekadar produk dari madrasah, tetapi juga duta yang membawa misi kebaikan.
Kontribusi alumni dalam pengabdian masyarakat, dakwah, dan pendidikan bukan sekadar amal sosial, melainkan bentuk tanggung jawab moral. Jangan pernah putus silaturahmi dengan madrasah, karena di sinilah fondasi iman dan ilmu pertama kali dibangun.
Mendidik anak di era digital adalah tanggung jawab bersama keluarga, madrasah, dan masyarakat. Madrasah tidak akan kuat tanpa dukungan orang tua, dan keluarga tidak akan kokoh tanpa bimbingan nilai-nilai agama.
Mari jadikan rumah sebagai tempat pertama penanaman akhlak, madrasah sebagai penopang ilmu, dan alumni sebagai penggerak perubahan. Semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berakhlak, dan penuh manfaat, serta madrasah ini tetap menjadi mercusuar ilmu dan iman bagi umat.
*Ketua Yayasan Miftahul Huda, sekaligus Ketua Bawaslu Jawa Timur