machan – Sarung bukan sekadar kain yang dililitkan di tubuh, melainkan simbol identitas, harga diri, dan budaya yang melekat erat dalam kehidupan masyarakat Madura. Bagi orang Madura, sarung adalah bagian tak terpisahkan dari keseharian, mulai dari aktivitas biasa hingga acara adat penting. Mari kita telusuri lebih dalam makna dan peran sarung dalam budaya Madura.
Sarung sebagai Simbol Identitas
Bagi laki-laki Madura, sarung adalah pakaian wajib yang menunjukkan kedewasaan dan kehormatan. Sejak remaja, mereka sudah diajarkan untuk mengenakan sarung dengan cara yang benar—dililitkan di pinggang hingga menutupi mata kaki. Tidak seperti di daerah lain yang mungkin mengenakan sarung hanya saat salat atau acara formal, orang Madura kerap memakainya dalam berbagai kesempatan, baik bekerja di ladang, berdagang, atau sekadar bersantai di rumah.
Warna dan motif sarung juga memiliki makna tersendiri. Sarung Madura umumnya didominasi warna gelap seperti hitam, cokelat, atau biru tua dengan garis-garis (lurik) atau motif kotak-kotak. Warna gelap melambangkan ketegasan dan kesederhanaan, sementara motif garis menunjukkan keteguhan prinsip. Namun motif lain seperti songket, batik, dan bugis juga banyak digandrungi oleh masyarakat Madura.
Sarung dalam Tradisi Madura
Sarung memegang peran penting dalam berbagai Tradisi dan Ritual adat Madura, seperti:
1. Pernikahan, dalam pernikahan Madura, sarung sering dijadikan sebagai salah satu hantaran (seserahan) dari mempelai pria kepada mempelai wanita. Sarung yang diberikan biasanya bermotif indah dan berkualitas tinggi sebagai simbol keseriusan dan penghormatan.
2. Nyadar (Selamatan), dalam acara nyadar (selamatan), sarung kerap dipakai sebagai busana resmi para tetua adat. Bahkan, sarung bisa menjadi alas duduk atau penutup sesaji sebagai bentuk kesakralan. Tradisi ini umumnya dilakukan di kabupaten Sumenep, sebagai ritual tolak bala.
3. Sandur, dalam tradisi Sandur sarung juga sering dipakai oleh lelaki Madura, yang mana budaya ini merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang menggabungkan unsur tari, musik, dan lakon (drama). Kesenian ini berkembang di daerah Madura bagian barat, terutama di wilayah Bangkalan, dan memiliki peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat.
Sarung sebagai Nilai Sosial dan Religi
Selain sebagai pakaian, sarung juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan religi masyarakat Madura:
– Kesopanan, Memakai sarung dengan rapi (tidak di atas lutut) adalah bentuk adab dan sopan santun, bahkan dalam keseharian masyarakat Madura tidak bisa dilepaskan dari sarung mulai dari Berkebun, ke pasar, bahkan hingga tidur.
– Kesetaraan, Sarung dipakai oleh semua kalangan, baik kaya maupun miskin, sebagai simbol persamaan derajat.
– Religiusitas, Sarung menjadi bagian penting dalam ibadah, terutama saat salat dan pengajian.
Perkembangan Sarung Madura di Era Modern
Meski budaya global terus masuk, sarung tetap bertahan di kalangan masyarakat Madura. Bahkan, kini sarung Madura tidak hanya dipakai untuk tradisi, tetapi juga menjadi fashion statement. Beberapa desainer lokal mengembangkan motif sarung modern tanpa menghilangkan ciri khasnya.
Namun, tantangan terbesar adalah menjaga agar generasi muda tetap bangga memakai sarung sebagai warisan budaya. Beberapa komunitas dan pegiat budaya Madura terus mengampanyekan pentingnya melestarikan sarung sebagai identitas diri.
Sarung bagi orang Madura bukan sekadar kain, melainkan cerminan jati diri, tradisi, dan nilai-nilai kehidupan. Dari aktivitas sehari-hari hingga upacara adat, sarung tetap menjadi simbol kebanggaan yang terus dipertahankan. Melestarikan sarung berarti merawat identitas budaya Madura yang kaya dan penuh makna.