machan – Dalam lanskap transportasi daring yang kerap didominasi laki-laki, hadir sebuah gerakan baru yang menggugah: POPSA, Perkumpulan Ojol Perempuan Surabaya. Organisasi ini resmi dideklarasikan menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, sebagai simbol kebangkitan perempuan pekerja sektor informal yang tak hanya mengemudi, tetapi juga memimpin keluarga dan memperjuangkan masa depan.
POPSA bukan sekadar komunitas ia adalah ruang solidaritas, advokasi, dan transformasi sosial. Para anggotanya adalah perempuan tangguh yang menjadi tulang punggung keluarga, menghadapi tantangan ekonomi, sosial, dan struktural dengan keberanian luar biasa.
Dalam acara peresmian yang digelar di Kedai Kopi Apung TMT, Jambangan Surabaya pada 13 Agustus 2025 hadir perempuan muda cantik Rizkya Dwijayanti, S.IP., M.IP., akademisi dari Untag 1945 Surabaya, yang menekankan pentingnya mendengar dan mengangkat aspirasi perempuan sebagai landasan kebijakan publik yang inklusif dan berkeadilan. Salah satu suara yang menggugah datang dari Ibu Ria, driver ojol yang mengungkapkan kesulitan menyekolahkan anak berkebutuhan khusus karena mahalnya biaya SLB dan minimnya dukungan pemerintah.
“Mengapa beasiswa hanya untuk anak-anak normal? Kami juga warga negara, kami juga membayar pajak,” tegas Bu Ria, menyuarakan keresahan yang selama ini terpinggirkan.
Seruan ini langsung ditanggapi oleh Rizkya Dwijayanti dan Ketua Dewan Penasehat POPSA, Andi Fuad Rachmadi, S.Pd., yang mengajak seluruh anggota untuk mengangkat aspirasi ini ke tingkat struktural melalui audiensi dan advokasi kebijakan.
Isu lain yang turut disuarakan adalah kekerasan dan perundungan terhadap driver ojol perempuan. Bapak Hendra Sasmita, SH., CTMP, sebagai narasumber bidang hukum, menawarkan pendampingan hukum bagi anggota POPSA yang menghadapi persoalan hukum. Sementara itu, jurnalis Sri Mulyono Herlambang, SH., berbagi wawasan tentang potensi kekerasan di jalanan dan strategi berkendara aman bagi perempuan.
Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, Ibu Mia Santi Dewi, SH., M.Si., yang mewakili Wali Kota Surabaya. Beliau menyampaikan harapan agar POPSA dapat bersinergi dengan pemerintah dalam memperjuangkan hak-hak perempuan pekerja informal.
POPSA hadir sebagai simbol bahwa perempuan ojol bukan hanya pengemudi, tetapi juga pemimpin perubahan. Mereka menuntut keadilan, membangun solidaritas, dan membuka jalan bagi kebijakan yang lebih manusiawi dan inklusif. Ini bukan sekadar deklarasi organisasi ini adalah deklarasi keberanian.